PERINGATAN REFORMASI

 

Apa Kabar Reformasi?
Menurut KBBI, Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara.Reformasi di Indonesia terjadi pada 21 Mei 1998, tepat saat lengsernya Presiden Indonesia saat itu yaitu Soeharto,namun bukan keinginan rakyat untuk menggulingkan Orde Baru saja yang menyebabkan Reformasi ini,ada hal lain,dan hal ini saling berkaitan antara satu sama lain,mari saya jabarkan.

1 Mei 1998: Krisis moneter Reformasi 98, H-20
Memasuki pertengahan 1997 krisis moneter (krismon) melanda Indonesia. Nilai rupiah anjlok terhadap dolar Amerika, yang berfluktuasi Rp12.000-Rp18.000 dari Rp2.200 pada awal tahun.
Di tengah situasi ini, tim ekonomi Soeharto justru menaikkan tarif listrik dan bahan bakar minyak. Ekonomi rakyat semakin terpuruk. Soeharto menyiasati situasi rawan pangan dengan kampanye makan tiwul, yang disampaikannya melalui televisi.

2 Mei 1998: Kemiskinan tersembunyi. Reformasi 98, H-19
Selama 30 tahun kekuasaan Soeharto, pendapatan perkapita meningkat dari US$80 di tahun 1967 menjadi US$990 di tahun 1997. Ekspor meningkat dari US$ 665juta menjadi US$52 miliar.
Namun di balik angka-angka itu tersimpan angka kemiskinan yang besar jumlahnya. Bappenas pernah menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di tahun 1993 berjumlah 27 juta jiwa. Namun tolok ukur kemiskinan adalah setiap orang yang berpenghasilan Rp20.000/bulan. Bila batas kemiskinan tersebut menggunakan ukuran kebutuhan fisik minimum dari Depnaker tahun 1993 yaitu Rp80.000/bulan,maka sekitar 180 juta jiwa atau hampir 90% rakyat hidup dalam garis kemiskinan.

3 Mei 1998: Gerakan Mahasiswa 1998
Sejak 1971 hingga 1988 mahasiswa tak henti-henti melakukan aksi-aksi penggulingan Soeharto.
Dari menyerukan golput, berdemo kembali untuk menolak dominasi modal asing dan kepemimpinan Soeharto, hingga menuntut sidang istimewa MPR untuk meminta pertanggungjawaban Soeharto atas penyelewengan UUD 45 dan Pancasila. Pada akhir 1980an mahasiswa pun kembali bergerak untuk menunjukkan solidaritas kepada kaum tani yang tergusur: Kedung Ombo, Badega, Cimacan, Cilacap dll.
Awal 1990an radikalisme mahasiswa mulai diarahkan pada struktur politik Orde Baru. Di Jakarta FAMI melakukan aksi di DPR menuntut Sidang Istimewa. Tahun 1994 dibentuk sejumlah gerakan mahasiswa. antara lain SMID, Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi

6 Mei 1998: Penculikan aktivis 1997-1998
Penculikan ini mengarah pada aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pemilu 1997 dan SU MPR 1998.
Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan KONTRAS mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat negara selama periode 1997-1998. Dari angka itu satu orang dinyatakan mati, sembilan orang dilepaskan dan 13 lainnya masih hilang hingga hari ini.

13 Mei 1998: Penembakan Trisakti. Reformasi 1998, H-8
Tanggal 12 Mei 1998 para Mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta melakukan aksi damai menuju gedung DPR/MPR. Mereka memulai reli dari depan kampus Trisakti di Slipi sambil membagi bagikan bunga. Tapi aparat menghadapi aksi damai mahasiswa dengan tembakan. Empat mahasiswa gugur. Mereka adalah Elang Mulya, Hendrawan Sie, Herry Hertanto dan Hafidin Royan.

15 Mei 1998: Penjarahan. Reformasi 1998, H-6
Setelah pemakaman empat pahlawan reformasi, kerusuhan mulai terjadi di daerah Grogol dan meruyak ke seluruh Jakarta. Dari tanggal 13-15 Mei terjadi penjarahan dan huru-hara yang meluas ke Bogor, Tangerang, Bekasi bahkan ke Solo dan seantero Nusantara. Korban yang tercatat berjatuhan.

18 Mei 1998: Mahasiswa bergerak ke DPR/MPR. Reformasi H-3
Pada 16 Mei 1998 ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta mulai bergerak menuju gedung DPR/MPR di Senayan.
Dari waktu ke waktu mahasiswa terus berdatangan memenuhi gedung wakil rakyat bahkan sampai naik ke atas atap gedung. Ribuan mahasiswa menginap dan bertahan di gedung tersebut dengan risiko apapun. Tuntutan mereka satu: Soeharto harus turun dari jabatan presiden. Gedung DPR/MPR telah disita oleh rakyat.

19 Mei 1998: Tuntutan mahasiswa: Soeharto turun. Reformasi 1998, H-2
Dukungan mulai membanjir dari elite politik, organisasi non-pemerintah, buruh dan rakyat. Kabinet Soehartopun terbelah. Para menteri dibawah Ginanjar Kartasasmita mengundurkan diri dari kabinet.Bahkan Harmoko, ketua MPR dan loyalis Soeharto, dengan tegas mengeluarkan pernyataan agar Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Siaran pers disambut sorak-sorai massa. Akhir perjuangan panjang terasa terasa makin dekat.

21 Mei 1998: Tumbangnya Orde Baru. Reformasi 1998 Hari H
Pada 21 Mei 1998 di hadapan para wartawan media seluruh dunia, Soeharto mengumumkan mundur sebagai presiden. Wakilnya, B.J Habbibie, langsung dilantik menjadi presiden RI yang ketiga.
Akhir sebuah kediktatoran yang kejam dan congkak berakhir secara dramatis. Di jalan-jalan dan di gedung DPR, rakyat meluapkan kegembiraan dengan berbagai ekspresi. Sebuah fase baru dimulai, perjalanan transisi sebuah bangsa menuju demokrasi.
Untuk mencegah hal buruk yang pernah menimpa negeri ini berlanjut maka disusunlah Enam Tuntutan Reformasi: 1. Penegakan supremasi hukum. 2. Pemberantasan KKN 3. Adili Soeharto dan kroninya. 4. Cabut Dwifungsi ABRI/Polri 5. Pemberian Otonomi Daerah 6.Laksanakan amandemen UUD 1945.

Dua puluh dua tahun dari Reformasi 1998, di manakah posisi bangsa kita dalam perjalanan menuju Demokrasi?
Sepertinya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah jauh dari kata sempurna, masih banyak celah celah yang terus dieksploitasi oleh tikus-tikus negara.Terbukti dengan kasus korupsi di Indonesia yang merugikan Triliunan rupiah dari uang negara.Bagaimana dengan Nepotisme? Masih terdapat beberapa daerah di Nusantara ini yang membentuk dinasti keluarga di dalam sistem pemerintahannya.

Baru baru ini kita juga digegerkan dengan “gerakan” dari para wakil rakyat, yaitu mengesahkan RUU tentang Minerba ditengah pandemi yang terjadi, seakan DPR tutup telinga dan tidak peduli dengan kondisi yang dirasakan rakyat sekarang ini.Aksi tutup telinga oleh DPR ini juga bukan yang pertama kalinya, kita semua tau tentang demonstrasi mahasiswa pada hari Kamis, 20 September 2019 yang berlokasi di gedung MPR/DPR bertujuan untuk menyuarakan penolakan atas pengesahan revisi UU KPK dan rencana pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau RKUHP.Namun hal ini pun tidak digubris, meskipun sempat mengalami penundaan, rupanya DPR masih mengadakan rapat untuk membahas RKUHP ditengah pandemi ini.

Selain aksi tutup telinga, para wakil rakyat juga kerap mengeluarkan kebijakan yang tidak masuk akal, seperti pembebasan napi saat terjadinya pandemi, dan ketika para narapidana itu berbuat kejahatan kembali, mereka diminta untuk kembali ke tahanan.Miskomunikasi juga terlihat pada larangan mudik belakangan ini, pemberian imbauan juga tidak sebanding dengan pemberian sanksi yang diberikan di lapangan.Terlihat saat penutupan suatu gerai makanan cepat saji di daerah Sarinah, terjadi penumpukan warga yang berniat untuk mengabadikan prosesi penutupan gerai makanan tersebut, dan terlihat bahwa kurang adanya respon dari Satpol PP dalam menertibkan kondisi tersebut.

Terlihat bahwa setelah dua puluh dua tahun reformasi dikumandangkan, masih banyak yang perlu dibenahi, masih banyak peraturan yang perlu dikaji, hukum pun masih perlu ditegaki, tapi ini semua bukan tanpa solusi, mari kita kritisi, bijak dalam beraspirasi, dan jangan mau menang sendiri.

Beberapa pertanyaan barangkali membutuhkan jawaban segera:
1. Apakah Indonesia akan terpecah-pecah?
2. Apakah akan muncul tirani baru?
3. Atau Reformasi berhasil.

Jawabannya barangkali tergantung pada pilihan yang kita ambil hari ini.
Sekian.

Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44192970 (Diakses pada 12 Mei 2020, Pukul 12.30)
https://nasional.tempo.co/read/1250085/reformasi-dikorupsi-mahasiswa-bergerak (Diakses pada 14 Mei 2020, Pukul 10.30)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *